Hai hai haaii..... saya datang dengan membawa fanfict Naruto buatan saya sendiri nih. Selamat membaca ^-^
complicated
“Aku.....aku...a..aku menyukaimu!” gadis
berjulukan ‘Pinky Girl’ itu menyatakan
perasaanya pada sosok pemuda yang sepertinya sangat ia cintai.
Malu....
dia
hanya bisa tertunduk berusaha menyembunyikan rona merahnya dibalik rambut
pendek pinkynya.
Pemuda yang berada di hadapannya
sedikit terkejut, melebarkan pandangan matanya dan menaikkan kedua alisnya,
menghilangkan ekspresi stoicnya yang dikagumi setiap wanita dan membuat mereka
menjerit kesurupan, meskipun ekspresi stoic itu sebenarnya adalah pertanda ia
bosan. Dia menatap dalam-dalam kilauan emerlad yang tersaji didepannya. “—k..kaau...
ngomong apa barusan tadi??”—
“A..aku b..ilang... aku....----hmph---” tak sempat melanjutkan
kata-katanya bibir pinkynya telah di kecup lembut oleh sang mr.perfect
kebanggaan sekolahnya. Tak dapat berkata-kata, dia membelalakan matanya,
wajahnya melebihi warna mawar merah yang mekar di musim semi.
Pemuda itu melepaskan kecupan
lembutnya dan memeluk erat gadis pinky yang menikmati kelopak bunga berjatuhan dalam
khayalannya.Wajah gadis itu semakin tak karuan saat si malaikat pencabut
hatinya membisikkan sesuatu dengan nada erotis, membuat wanita manapun terbang
seketika. “–hhh... katakan kalau ini bukanlah mimpi.”
Gadis pinky itu masih shock dengan
apa yang barusan dialaminya. “I..ini... bukanlah mimpi..—“ Dengan tatapan kosong tapi pikiran yang
dipenuhi bunga-bunga...dia berhasil mengeluarkan suaranya yang bergetar.
“Tch....! Kau ini..... ‘Lucu’.” Dia menyeringai dibalik
pelukan maut yang sedang berlangsung meskipun tanpa saksi mata..., menampilkan
perubahan aura yang drastis, dari ‘Dingin dan keren’ menjadi ‘Gelap dan jahat’
JPRET!
Sasuke Uchiha, umur 17 tahun...
sangat sempurna dari sisi manapun,
populer dan cowok Playboy. Dia adalah dambaan
dan malapetaka setiap wanita.
.
.
Complicated
Romance,Comedy,ect
Warning : Gaje,TYPO,Yaoi,ect
Disclaimer : Naruto always belongs
to Masashi Kishimoto.Saya hanya meminjam beberapa tokoh-tokohnya.
Pairing : NaruSasu
Sebelumnya
saya minta maaf jika cerita saya ini jelek dan ada banyak kesalahan. Karena
jujur saja saya masih pemula dan ini adalah fanfict pertama saya.Well,semua
orang butuh belajar bukan? Karena itu,mohon bantuannya. Kritik dan saran yang
positif sangat membantu. ^-^
Oiya..
untuk awal ini saya agak sedikit formal XD tapi untuk selanjutnya kalian bisa
memanggil saya dengan sebutan ‘pipit’. Seperti yang kalian lihat, saya
menggunakan nama ‘Bakteri Kejepit’ (tolong jangan tanya darimana nama aneh ini
muncul Xv ) Jadi mungkin akan lebih singkat jika kalian memanggil saya dengan
sebutan ‘pipit’. Tapi kalo kalian gasuka kalian bisa bikin nama panggilan
sendiri buat saya kok :v hehe.
Sasuke
POV
Aku adalah si bungsu dari keluarga
terpandang ‘Uchiha’. Keluarga yang menjijikkan... mereka hanya sibuk memikirkan
kepentingannya sendiri dan menggunakanku sebagai boneka.
Huuh! Lupakan
tentang mereka.
Namaku? Ah...aku adalah Sasuke..kau bisa bayangkan
nama yang sempurna itu berada di belakang tulisan ‘Uchiha’. Jadi... Uchiha
Sasuke , itulah namaku.
Tch...! lihat lah gadis-gadis bodoh
itu meneriakkan namaku dengan kerasnya... benar-benar merepotkan! Aku tak tau
mereka bodoh atau idiot, tapi... apa mereka masih belum bisa menyadarinya juga?
Aku sudah menyakiti berpuluh dari jenis mereka dan mereka malah semakin
tergila-gila padaku.
Sigh……
Coba kita lihat sejauh apa
prestasiku selama ini...,
hn-
buku notes ini sudah kehabisan halaman sebaiknya segera kuganti.
‘Checklist’
Haruno
Sakura idola kelas sebelah yang awalnya jual mahal, kini berhasil kutaklukkan
dan kuinjak. Dia cukup menawan dan menarik untuk dipermainkan..., hanya saja...
aku punya 10 pacar sekarang, dan aku tak mau menambahnya menjadi 11. Itu pasti
sangat merepotkan. Jadi aku menolaknya.
Eeh?!
Tunggu dulu... aku...sudah menaklukkan semua gadis populer disekolah ini!?
Haa... akhirnya aku berhasil membuat rekorku. Entah sejak kapan ini menjadi
hobi tapi... membuat wanita mengakui perasaannya seperti tak punya harga diri..,
lalu menjatuhkannya ke jurang yang dalam adalah hal yang menyenangkan.
“Ada
apa dengan seringai mu itu??”
DEG!
Tidak....masih ada 1 orang lagi
yang masih harus.....
aku....
beri pelajaran.......
“Hn-, ada apa Hinata-chan?” aku tersenyum miring. Sial! Entah mengapa aku tak
bisa menyembunyikan perasaan bahagia ini. Hanya kau! Kau satu-satunya! Hyuuga Hinata! Aku akan membuatmu
berlutut dihadapanku...!
“Lupakan. Ini.—“ Dia menyerahkan tumpukan kertas di atas
meja kerjaku. “Ini adalah bagianmu, kerjakan sebelum liburan musim panas
tiba.”
“.....” aku terdiam menatap mata
lavendernya dalam-dalam. Mencoba menghipnotisnya masuk dan terperangkap di dalam
pesona mautku.
“Apa?”--- Dia menunjukkan nada
sinisnya. ---“ Kau ingin aku meneriakkan: ‘ kyaaa~ Sasukee-kuun~’ lalu membantu
menyelesaikan pekerjaanmu huh?!.”—
“Aku juga punya banyak pekerjaan, kau lihat itu?” Dia menunjuk tumpukan
kertas di mejanya yang sama banyaknya seperti milikku. “Bahkan ketua Osis juga
lebih parah!” Dia menunjuk ke arah lain dan memperlihatkan tumpukan kertas 2
kali lipat banyaknya dari milikku.
“Haaah!”— aku menghembuskan nafas
panjang dan menyandarkan tubuh ku di kursi. -- “Bagaimana dengan Naruto?” Aku
melihat meja kerjanya di sudut dan hanya sedikit tumpukan kertas yang terbaring
disana. Benar-benar tidak adil.
“Dia sedang tugas lapangan.” Itu
kata-kata terakhirnya sebelum dia menghilang dari pandanganku.
SIAL!!
‘BRAAAK!!’
Aku benar benar kesal.., bahkan meja
yang barusan aku banting tadi tidak cukup. Hyuuga Hinata..... kenapa?... kenapa
kau sangat sulit untuk ditaklukkan!? Kau... kau membuatku gila!! Aku sudah
mengejarmu berbulan bulan, aku bahkan rela menjadi wakil ketua osis untuk
selangkah lebih dekat denganmu! Aku.... aku
menyukaimu Hinata-chan! Maksudku....aku
menyukaimu tulus tanpa ada kebohongan sedikitpun!
Aku berhasil menaklukkan
berlusin-lusin wanita populer..., tapi itu tidak ada gunanya jika aku masih
belum bisa menggerakkan hatimu. Apa...apa yang harus---
‘DUAGGH!’
“Katakan padaku...!! siapa yang
menyuruh kalian untuk melakukan itu haaa?!”
Rambut kuning..... dan jabrik..., kulit
tan... dan jaket orange. Tak salah lagi itu pasti Naruto. Yah seperti yang kulihat...
dia sedang kerja lapangan huh?. Dasar... selalu menyelesaikan semua masalah
dengan otot tanpa melibatkan otak.
“Ada apa ini Dobe?”--- aku yang
awalnya ingin mencari udara segar dan melupakan beberapa masalah kini lebih
memilih mengambil masalah baru.
“Diam kau Teme! Jangan ikut campur
urusanku!” dia mengacuhkanku dan tetap fokus pada cengkraman di kerah baju
mangsanya.
“Dobe.... aku juga bagian dari
Osis.”
Ekspresi wajahnya berubah dan
sepertinya dia sedang memutar otak bodohnya. “Baiklah....”---- Si kuning sialan
ini melepaskan mangsanya dan dengan polosnya membiarkan mereka lari.----“Mereka.... mereka
baru saja menginjak bunga di taman sekolah Teme! Menginjak teme! Mengginjak!”
DOOING...
“Ba....baka..” Astaga...aku sweatdrop
seketika. Hanya masalah kecil seperti itu tapi dia bertindak sejauh ini?!
“Huh? Apa kau bilang Teme?” Mata
sapphirenya menatapku polos. Ah... aku beruntung dia memiliki otak yang tak
lebih pintar dari seekor keledai.
“Lu..Lupakan!” hn, Naruto berhasil membuatku terhibur lagi,
meskipun itu secara tidak langsung. Tak sia-sia aku mengenal Naruto, dia memang
selalu bisa membuatku merasa lebih baik.
“Hai Hinata-chan!” pemilik rambut
pirang itu menyebutkan nama wanita yang aku cintai... ya... dia menye....
TUNGGU!!?
“Oh.... Hai Naruto-kun. Apa yang
kalian lakukan disini?” Tubuhku membeku seketika saat dia muncul di hadapanku
dengan manisnya, langkah santai, mata lavender yang sendu dan sedikit rona
merah di pipinya...., sungguh pemandangan yang menakjubkan.
“Kami hanya mengurus beberapa
masalah sekolah. Ini sudah tugas team Osis bukan?” Naruto menunjukkan
cengirannya yang memuakkan.
“hg—“ Dia menganggukkan kepalanya
pertanda setuju. “Kalau begitu... aku pergi dulu, ada sesuatu yang harus aku
tagih.” Dia pergi dengan bunga lavender yang menghiasi
sekelilingnya... Wanita itu adalah wanita yang paling luar biasa yang pernah
aku kenal setelah ibuku. Dia punya kecantikan alami, sifat pemalu, polos
seperti selembar kertas putih dan harga diri yang bisa dipertahankan. Tapi
perannya sebagai bendahara Osis memaksanya menunjukkan kepribadian yang lain,
sangat berbahaya dan mencekam. Seperti yang aku lihat sekarang.
“Hey... Teme..!”
“Hn?”
“Kau...menyukai Hinata-chan ya?
‘GLEGAR’
Barusan saja aku merasakan petir
menyambar tubuhku. Tidak mungkin... Naruto yang memiliki IQ dibawah rata-rata
bisa dengan mudah mengetahui perasaanku yang sebenarnya. Bagaimana dengan orang
lain yang IQ nya jauh lebih tinggi??!
“AAPAA!?... JA.. jangan bodoh Dobe!”
Salah tingkah....untung saja aku bisa mengontrol suara dan memasang kembali
ekspresi dingin ini.
“Jangan bohong Teme! Aku sudah
menjadi rekanmu selama 2 tahun! Dalam waktu selama itu aku sudah lebih dari
memahami apa yang ekspresimu katakan meskipun dimata orang lain itu hanya
ekspresi yang dingin.”
Ah...benar juga... kami... sudah
melewati waktu yang sulit berdua.... 2 tahun... tak terasa sudah 2 tahun.
Yah... Naruto adalah orang terdekat yang pernah aku miliki setelah ibu dan
kakakku. ---“Aku tidak bohong Dobe! Kau benar-benar konyol!”--- aku masih belum
mau mengalah, maaf saja, tapi sifat keras kepala ini adalah ciri khas dari
setiap Uchiha.
“Kau menyebalkan teme!”
“Kalian
Berisik!!”
Aku dan Naruto menoleh ke sumber suara itu
dengan bersamaan. Rambut nanas yang menusuk dan tajam menyambut penglihatanku.
Dia adalah sang Ketua Osis. Menurutku dia sama sekali tidak cocok menjadi ketua
Osis, yang dia bisa hanyalah tidur setiap saat. Dan sepertinya kami sukses
menggangu tidur siangnya.
“Su....Sugooooi!” Aku berdecak
kagum. Bagaimana tidak kagum saat melihat tumpukan kertas yang barusan saja
dibagikan oleh Hinata kini sudah terisi rapi.
Hn, Baiklah
aku menarik ucapanku yang tadi.
Dia pantas menjadi
ketua Osis.
T—tunggu! Tumpukan
kertas? Meja kerja? Dan Shikamaru!? Sejak kapan kami berada di kantor Osis?!
“Tehee... maaf menggangu hibernasi
mu ketua!” Naruto menampilkan cengiran memuakkannya(lagi) dan menarik kembali background
yang menggambarkan taman sekolah(halah).
Oke...kembali ke
Laptop.
“Dengar..., aku tak peduli apa yang
kau pikirkan. Jadi lakukan sesukamu!” Aku segera melangkahkan kakiku meninggalkan
Naruto sebelum lebih tersudut. Tatapan polos sapphire Naruto selalu memaksaku
menuruti semua keinginannya. Dan aku selalu tak mampu menghindari itu.
“Teme!....”
Aku
malas menggubris panggilannya.
“Temee~”
Astaga
dia ‘bersenandung’ria dan memanggilku dengan nada sing a song?? Itu
menjijikan!!
“Teme! Kau tidak marahkan?”
Berhenti
mengikutiku Naruto!
“Teme.....! Aku hanya ingin tau
perasaanmuuu~”
“Teme...!”
Dan begitulah sampai
hari dimana Singa menjadi herbifora tiba.
Sasuke POV End
.
.
.
Berminggu-minggu telah dilewati oleh
si raven playboy ini. Hidupnya... perlahan membaik sejak Naruto menjadi
sahabatnya... satu-satunya yang dia anggap teman dan sahabat. Naruto berhasil
menghibur Sasuke... yap..,tentu saja dia gila mendengar jeritan histeris
memanggil-manggil namanya, belum lagi tanggung jawabnya yang besar sebagai
wakil ketua osis, tekanan yang diberikan oleh keluarganya dan tentu saja,
masalah percintaannya yang bertepuk sebelah tangan.
Tapi selama Naruto ada disisinya...,
semua itu hanya bagaikan semut yang ‘terinjak’ oleh sepatunya. Naruto.....
entah mengapa Sasuke merasakan kenyamanan saat berada didekatnya, sapphire
polosnya menghapus semua kebencian yang ada di hatinya, cengiran memuakkannya
mengalihkan pikirannya dari semua masalah yang dia alami, dan tingkah bodohnya
satu-satunya dari semua di dunia ini yang berhasil menghibur hati Sasuke.
‘Begini rasanya mempunyai.....
Sahabat......’
‘Sahabat...’
‘Sa-ha-bat’
Sasuke membatin dan memikirkan kata
‘sahabat’ berulang-ulang seolah ada yang ganjil disana. Tapi... dia
mengacuhkannya.
“Sasuke-kun!”
“.......”
“Sa..suke?”Gadis berambut ungu
sedikit kesal saat suaranya tak didengar.--“Sasuke sadarlah.”-- Katanya sambil
mencoba melambai-lambaikan tangannya di depan wajah si Uchiha, berharap dia
tersadar dari lamunannya.
“Ah! Hi...Hinata-chan?!” Sasuke
shock saat wajah polos wanita yang dicintainya tiba-tiba menyambutnya. “Ada
apa?”--- Dia merapikan sikap duduknya dan memasang kembali ekspresi stoic andalannya.
Hinata menatap Sasuke dari ujung
kaki sampai ujung rambut. Berantakan. Hm... tak biasanya seorang Uchiha...
apalagi Uchiha Sasuke tampil berantakan begini. Apa yang terjadi dengannya?
----“Ah...Lupakan aku dan Shikamaru akan mengurusnya, Kau...beristirahatlah.”-- Niat Hinata yang
ingin memberikan tugas pada Sasuke diurungkan. Dia tak tega melihat sosok yang
selalu tampil sempurna ini tiba tiba berubah drastis.
Pasti ada sesuatu
yang salah.
Sementara sasuke? Dia tersenyum
lembut menatap punggung Hinata bergerak jauh darinya. Dia sadar hubungan Hinata
dengannya semakin dekat berkat Naruto. Dan dia yakin Naruto melakukan itu bukan
dengan ketidaksengajaan.
Ah! Benar! Perasaannya! Dia belum
memberitahukan perasaan yang sebenarnya tentang Hinata pada Naruto.
Dasar....padahal sudah sedekat ini tapi dia belum membuka rahasianya pada
Naruto. Tanpa basa-basi langsung saja dia mencari-cari jabrik nan norak milik
dobenya.
.
.
“Na—Naruto??!” Sasuke sedikit terkejut
melihat sosok pemuda tan meringkuk di lantai. Baginya tak sulit untuk menemukan
Naruto, seperti ada tali batin yang
menghubungkan mereka berdua. “Apa yang kau lakukan??”
“Aku....sedang kerja lapangan Teme! Tak bisakah kau
melihatnya dengan mata kepalamu sendiri??” jawab Naruto dengan posisi anehnya.
“Kerja...-“ kalimatnya terputus,
Sasuke tak ingin memperumit masalah. ”ah sudahlah, lagipula aku mau
memberitahukanmu sesuatu.”
“Benarkah? Apa itu?” Naruto bangkit
dan duduk dilantai. Sepertinya dia tertarik dengan pembicaraan Sasuke.
Sasuke menghampiri Naruto dan duduk
dilantai sambil bersandar pada lemari loker.
“Aku menyukai Hinata, aku akan
menyatakan perasaanku besok.”
Hening sejenak.
Sasuke
yang merasa aneh dengan dobenya yang tidak menunjukkan respon sedikitpun
menolehkan wajahnya dan menatap sapphire naruto. Dia sedikit berkenyit melihat
ekspresi naruto yang belum pernah dia lihat sebelumnya.
Naruto melebarkan matanya, pandangannya
kosong dan pendegarannya hanya diisi kata kata Sasuke yang baru saja terucap.
“Kenapa ....”
“.....”
Sasuke menunggu kalimat naruto yang berikutnya.
“Kenapa kau
memberitahukan ini padaku?” Naruto membalas tatapan sasuke,namun tetap dengan
tatapan tanpa arti, terasa kosong dan hampa.
Sasuke sedikit terkejut mendengar
pertanyaan Naruto,tapi tak lama kemudian dia memasang wajah sendu dengan senyum
tipisnyya “Karena kau adalah sahabatku.”
“Ah...benar.., sahabat huh? Itu
benar..... kenapa aku sebodoh ini?” Naruto mengalihkan pandangannya dari Sasuke,mencoba
menyembunyikan sesuatu. Bahunya bergetar hebat seperti menahan sesuatu yang
akan meledak dari tubuhnya.
“Na.. Naruto....” Sasuke mencoba
menggapai dobenya yang terlihat aneh itu.
‘DUAAGH!!’
Sedetik
kemudian punggung Sasuke terhantam ke loker yang ada di belakangnya. Naruto
mendorong Sasuke dan mencengkram kerah bajunya dengan kuat.
“NARUTO!? –A..APA YANG
KAU...—“ Sasuke yang
tadinya sempat shock dan emosi terdiam tiba tiba . Dia memandang Sapphire indah
dobenya yang mengeluarkan cairan bening dengan derasnya.
“--Sahabat huh??!—“ “Kau benar kita tidak lebih dari sahabat!!”
Naruto mengucapkan kata ‘kita hanya
sahabat’ berulang ulang sambil menghempas hempaskan punggung Sasuke ke
pintu loker, dia terlihat sedih, marah ,kecewa... entahlah bahkan author tidak
mengerti apa yang sebenarnya Naruto rasakan! *plakk*
“Hnggh—“
Sasuke hanya bisa meringis menahan sakit yang menjalar di punggungnya dan
pasrah membiarkan Naruto melakukan apa yang dia mau. Seumur hidupnya Sasuke
sama sekali belum pernah melihat dobenya serapuh ini. Yang dia tau Naruto akan
selalu tersenyum menampilkan cengiran memuakkannya dalam keadaan apapun. ”Naruto....!! Aku.. aku tidak mengerti!!”
Sasuke menyempatkan berbicara saat Naruto menghempas hempaskan tubuh putih
mulusnya. “Naruto...aku benar benar tidak
mengerti..sebenarnya apa maksudmu—hngh—“ Dia mencoba melanjutkan kata
katanya yang sempat terputus. Bahkan otaknya yang genius tak bisa mengerti apa
yang diinginkan oleh Naruto “Jika kau
bilang kita ini sahabat... itu memang benar!!” “Lalu kenapa??? Kenapa? Apa yang
sebenarnya kau inginkan?”
“KENAPA KAU MENGINGINKAN....”
Bersamaan dengan Naruto
yang melepaskan gengaman tangannya di kerah Sasuke... Sasuke terdiam, bola mata
Onyx hitamnya menciut,dan matanya terbelalak, dia menatap kosong... dan lalu
melanjutkan kata katanya...
“--Kenapa kau menginginkan lebih?—“ Sasuke
akhirnya mengerti apa yang Naruto rasakan.... ya.. itu...
Sama seperti yang Sasuke
rasakan.
Setelah
kalimat itu terlempar dari mulut Sasuke, Naruto segera berlari tanpa arah. Dia
tak tau kemana langkah kakinya akan membawanya. Yang dia tau dia harus lari,
tak peduli apa pun yang terjadi dia harus lari, menyembunyikan dirinya dan
meninggalkan Sasuke yang terduduk tak berdaya dengan tatapan kosong, berusaha
mencerna apa yang barusan terjadi.
Sasuke
yang kini hanya sendiri bahkan tidak tau apa yang harus ia rasakan, haruskah
dia merasa senang karena ternyata Naruto merasakan rasa yang sama dengannya?
Atau haruskah dia sedih karena hubungan mereka tidak akan pernah berlangsung
seperti yang mereka inginkan?!
Seiring
banyaknya pertanyaan yang muncul di benak Sasuke... Mata Onyx kelamnya perlahan
mulai meneteskan cairan bening.
Ya...
Pemuda
yang selalu tanpa ekspresi dan terlihat angkuh itu....
--menangis.
Mungkin
dia menangis karena rasa sakit hebat yang menyerang punggungnya...
Tidak.
Rasa
sakit yang tak seberapa bagi sang Uchiha itu pasti tidak akan mampu membuatnya
meneteskan air mata. Mungkin ada alasan lain...
Ada rasa sakit lain
yang melebihi rasa sakit di punggungnya sekarang.
Rasa
sakit di dadanya yang seolah olah mencekik lehernya dan memaksanya untuk mati.
“Ini....ini sangat sakit” Sasuke mengerang sambil mencengkram seragam
sekolahnya.
“Sasuke-kun?
Katakan padaku bagian mana yang sakit.” Pertanyaan yang di hasilkan suara yang
sangat familiar di telinga Sasuke itu mampu membuat sang raven membelalakan
matanya. Hinata yang entah sejak kapan ada di sana segera menghampiri Sasuke. Untuk
memeriksa keadaan Sasuke lebih detail.
“Disini.” Sepatah kata serta gerakan
yang tiba tiba dari Sasuke menghentikan gerakan tangan Hinata yang bermaksud
memeriksa keadaan Sasuke. Sasuke memukul pelan dada sebelah kirinya.
Hinata
tampak terkejut untuk sementara, namun tak lama kemudian dia memasang tatapan
sendunya. “Sasuke.... rasa sakit yang seperti itu, butuh waktu lama untuk di
sembuhkan.”
“Apakah
ini masih bisa di sembuhkan?”
“Tentu
saja.” “Tapi ingat satu hal Sasuke, kau
hanya bisa menyembuhkannya jika kau memulai dengan dirimu sendiri.”
Setelah
jeda dan keheningan yang panjang Sasuke bangkit dan berjalan lunglai ia bahkan
sempat akan terjatuh beberapa kali. Dia ingin pulang dan meninggalkan Hinata
sendirian yang sebenarnya telah mendengar kejadian diantara mereka. Semuanya.
Gadis
itu telah mendengar semuanya.
Bersambung ke chapter berikutnya :v
tadinya
sih mau bikin yang versi oneshot tapi ternyata kepanjangan ah
yasudahlah. Saya sempat bikin akun di fanfiction.com tapi webnya malah
di block -__- apa boleh buat, jadi saya post di sini sajalah.
Btw gimana ceritanya?